Jumat, 27 Agustus 2010

outline materi

SEKELUMIT SEJARAH AGAMA-AGAMA

Innama al-mu’minuuna ikhwatun, sesungunya orang-orang yg beriman itu bersaudara. Orang beriman yaitu orang yang percaya kepada Tuhan dan hari akhir. Makanya setiap agama yang mendasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya hari akhir pada dasarnya termasuk bersaudara.

Meskipun perkembangan agama sudah dimulai sejak nabi yang pertama, nabi Adam As, namun paham Ketuhanan Yang Maha Esa (monoteisme/tauhid) baru mulai berkembang sejak jaman nabi Ibrahim As. Maka dalam sejarah Ibrahim adalah bapak monoteisme yang meletakkan dasar-dasar ketauhidan atau keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ibrahim mengawali hidupnya di negeri Babilonia yang terletak di kawasan Mesopotamia (sekarang Irak) lebih dari 2000 tahun sebelum masehi. Masyarakat masih menganut kepercayaan kepada banyak tuhan atau dewa. Saking banyaknya dewa manusia menyembah secara bergiliran setiap hari. Nama-nama hari dalam bahasa inggris yang kita kenal sekarang (sun-day, mon-day…dst) rupanya merupakan jejak peninggalan kala itu.

Melalui perjuangan yang dasyat Ibrahim merubah kepercayaan itu menjadi kepercayaan yang benar, yaitu menyembah Tuhan Pencipta Alam seisinya. Secara mendetail cerita perjuangan nabi Ibrahim bisa didapat dalam kisah-kisah nabi. Kemudian nama-nama hari yang berasal dari pengaruh bahasa arab (ahad, senin,…dst) rupanya merupakan pengaruh pemikiran Ibrahim As.

Dalam perjalanan hidup berikutnya Ibrahim menikah dengan Sarah, namun hingga usia tua mereka tidak dikaruniai anak. Ibrahim menyebarkan pahamnya ini ke berbagai penjuru dunia. Bersama istrinya Sarah, ia berkelana hingga ke mesir. (bisa disimak kisahnya ketika bertemu raja mesir).

Di Mesir Ibrahim memperoleh hadiah dari raja berupa seorang wanita bernama Hajar yang kemudian dinikahinya. Menurut Ali Syari’ati (2003) hal ini tidak membuat Sarah cemburu karena Hajar merupakan sosok wanita yang berkulit hitam, miskin, dan buruk rupanya. Namun ternyata Allah kelak menempatkan Hajar dalam posisi yang sangat mulia diantara manusia.

Pada usia 86 tahun Ibrahim mempunyai anak dari Hajar yang bernama Isma’el. Nama ini diambil dari bahasa ibrani isma berarti mendengar dan el berarti Allah. Meskipun begitu cintanya Ibrahim kepada Isma’el, namun dia meninggalkannya bersama ibunya Hajar untuk hidup berdua di Mekah, ditengah padang gurun yang panas dan tandus. Sedangkan dia bersama Sarah menetap di Yerusalem. Dalam masa hidup hingga tumbuh sebagai anak-anak sampai adanya perintah penyembelihan Isma’el dapat disimak dalam kisah-kisahnya. Kisah itu yang melandasi pelaksanaan ibadah haji yang ada sekarang.

Pada usia 100 tahun Ibrahim juga dikaruniai anak dengan istrinya Sarah yaitu Ishak. Dari Ishak ini lahir Ya’qub. Ya’qub merupakan tokoh yang sangat taat beribadah kepada Tuhan hingga dia mendapat julukan Isra’el (hamba tuhan). Maka keturunan Ya’kub ini dinamakan bani Isra’el yang ada hingga sekarang. Agama yahudi (judaisme) merupakan agama yang dianut oleh bani Isra’el. Agama ini berkembang setelah periode nabi Musa yang berhasil menyelamatkan bani Israel dari penjajahan Fir’aun (raja mesir) dan membawa pindah ke daratan Palestina.

Tetapi agama yahudi berkembang demikian kerasnya menyimpang dalam kehidupan bani Israel. Sehingga Allah mengutus Isa As membawa ajaran nasrani (dari kata nashr artinya pertolongan). Agama nasrani menolong bani Israel dari ketatnya aturan-aturan agama yahudi. Tetapi dalam perkembangannya ajaran nasrani juga kebablasan demikian longgarnya, sehingga seuanya menjadi serba boleh.

Rupanya dalam kondisi ini Allah mengutus keturunan Isma’el, yaitu Muhammad SAW untuk menyempurnakan agama-agama yang sudah ada dengan menyampaikan ajaran Islam. Dalam hal ini Islam berada dalam posisi di tengah-tengah antara agama yahudi dan nasrani. Yahudi merupakan agama yang sangat keras dan eksklusif, sedang nasrani terlalu longgar tanpa batas. Wallahu a’lam. (Sutarto)

Referensi :

Abdullah Yusuf Ali, (1996), The Holy Qur’an (terjemah dan tafsirnya), Pustaka Firdaus, Jakarta.

Ali Syari’ati, (2003), Menjadi Manusia Haji, Jalasutra, Yogyakarta.

Muhammad Husain Haekal, (1992),Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antarnusa, Jakarta.